Google memperbaiki pencarian kata "Yahudi" di mesin pencarian

Hal tersebut terjadi dengan alasan perusahaan ini banyak menemukan label yang represif dan negatif terkait agama ini.

Ilustrasi. Pixabay.

Perusahaan Raksasa Google baru saja memperbaiki sistem di search engine atau mesin pencarian mereka terkait kata “Yahudi”. Hal tersebut terjadi dengan alasan perusahaan ini banyak menemukan label yang represif dan negatif terkait agama ini. Dengan tujuan tersebut, diharapkan dapat menjadi meminimalisir unsur kata represif tentang Yahudi di Internet.

Dalam artinya sendiri menurut kamus Oxford, Yahudi sendiri berbunyi “Tawar-menawar dengan cara yang kikir atau picik”. Hal inilah yang membuat citra kalimat Yahudi mempunyai arti yang sangat ofesif dan orang-orang sangat mudah menemukannya. Alasan kuat dibalik ini adalah berdasarkan sisi historis bangsa ini pada abad 19 yang berfokus pada aktivitas perdagangan dan peminjaman uang.

Dalam sebuah pernyataan pada balasan Tweet milik Amy Spitalnick selaku direktur eksekutif organisasi nirlaba Integrity First for America mengatakan Google melisensikan definisi dari pakar kamus pihak ketiga. Hal itulah yang kemudian membuat perusahaan ini memperbaruhi dan mengubah kata Yahudi di mesin pencariannya pada pukul 13.30 siang di Selasa (27/12) pada waktu Amerika Serikat.

Kemudian pada hasil definisi yang terbaru Google memperbaikinya dan sangat berbeda dengan sebelumnya, Definisi yang terbarunya Google mengatakan “"Seorang anggota masyarakat dan budaya yang agama tradisionalnya adalah Yudaisme dan yang melacak asal-usul mereka melalui bangsa Ibrani kuno Israel hingga Abraham." Ini merupakan sisi positif untuk bangsa Israel mengenai definisi yang berkaitan dengan kaumnya di internet.

Munculnya kata ofensif ini juga bersamaan dengan hadirnya isu antisemitisme yang sedang melanda di penjuru negeri Israel. Seorang juru bicara Liga Anti pencemaran Nama Baik mengatakan kepada CBS, “Kami bersyukur Google menghapus definisi ofensif kata Yahudi dari definisi kamus awalnya hari ini setelah ADL dan Kementerian Luar Negeri Israel melaporkannya."