Kemenkes respons studi Harvard soal coronavirus di Indonesia

Menurut Kemenkes RI studi dari sejumlah akademisi Harvard University itu hanyalah prediksi.

Anggota tim medis yang ditugaskan untuk memindahkan pasien diduga atau positif coronavirus di Kunming, Provinsi Yunnan, China, Minggu (9/2). ANTARA FOTO/cnsphoto via REUTERS

Kementerian Kesehatan RI menanggapi studi dari sejumlah akademisi Harvard University yang mengkhawatirkan ada kasus coronavirus jenis baru yang mungkin tidak terdeteksi di Indonesia.

Kepala Badan Litbang Kesehatan Kemenkes RI Siswanto menyatakan bahwa pada dasarnya studi tersebut bergantung pada model matematika untuk memprediksi dinamika penyebaran coronavirus jenis baru dengan mengandalkan variabel volume wisatawan dari Wuhan ke sejumlah negara tujuan.

"Setelah itu muncul pertanyaan, kok di Indonesia tidak ada? Karena prediksi mereka harusnya ada setidaknya enam kasus di sini," jelas Siswanto dalam konferensi pers di Kantor Staf Presiden, Jakarta, pada Senin (10/2).

Dia memaparkan tiga cara menangani darurat kesehatan global yakni mencegah, mendeteksi, dan merespons.

"Di bagian saya itu untuk mendeteksi. Pertama, awasi pasien yang terduga kemudian langkah kedua ambil spesimennya. Ketiga, lakukan specimen handling ke laboratorium kami yang sudah tepat kemampuannya," kata dia.