Krisis keuangan, Sri Lanka batalkan ujian sekolah akibat kekurangan kertas

Negara berpenduduk 22 juta jiwa ini mengumumkan akan mengambil langkah pinjaman ke organisasi PBB IMF.

Ilustrasi siswa sekolah di Sri Lanka

Pemerintah Sri Lanka telah membuat keputusan untuk membatalkan ujian sekolah akibat kekurangan kertas. Kondisi ini adalah dampak dari krisis keuangan yang tengah dialami negara tersebut. Krisis ini adalah yang paling buruk sejak kemerdekaan Sri Lanka pada 1948.

The Guardian, Minggu (20/3), menyebutkan pemerintah di Ibu Kota Kolombo tidak dapat mendanai impor kertas cetak. Kondisi ini berdampak pada kelangsungan sistem pendidikan di sana.  

Saat ini pemerintah telah mengumumkan bahwa ujian tidak akan dilakukan, dan belum tahu kapan akan dilakukan. "Kepala sekolah tidak dapat mengadakan tes karena printer tidak dapat mengamankan devisa untuk mengimpor kertas dan tinta yang diperlukan," kata Departemen Pendidikan Sri Lanka Barat. Padahal saat ini Sri Lanka memiliki 4,5 juta siswa sekolah. Ujian ini juga merupakan bagian dari proses penilaian berkelanjutan untuk memutuskan apakah seorang siswa layak untuk naik ke jenjang pendidikan berikutnya.

Krisis ekonomi Sri Lanka disebabkan oleh kekurangan cadangan devisa untuk membiayai kebutuhan impor penting. Negara itu juga diketahui mulai kehabisan barang impor di bidang pangan, bahan bakar, dan obat-obatan.

Negara berpenduduk 22 juta jiwa ini mengumumkan akan mengambil langkah pinjaman ke organisasi PBB IMF untuk menyelesaikan krisis utang luar negeri yang memburuk dan menopang cadangan keuangan. IMF mengkonfirmasi mereka sedang mempertimbangkan permintaan Presiden Gotabaya Rajapaksa. Pemerintah meminta utang sekitar US$6,9 miliar namun hanya memiliki cadangan mata uang asing US$2,3 miliar pada akhir Februari.