Menlu Retno sampaikan pentingnya kolaborasi global guna atasi krisis

Kurangnya kepercayaan antarnegara memicu kebencian dan ketakutan, sehingga dapat berujung pada konflik.

Dok. Humas Kementerian Luar Negeri RI

Pada Sidang Majelis Umum (SMU) PBB ke-77, Menteri Luar Negeri (Menlu), Retno Marsudi, menyerukan perlunya tatanan dunia yang berdasarkan paradigma baru. Hal ini merupakan respons dari kondisi global yang mengalami krisis akibat berbagai faktor.

Retno menilai, seluruh negara di dunia seharusnya bersatu untuk berupaya mengatasi kondisi yang sulit ini. Namun, yang terjadi justru sebaliknya. 

"Indonesia menawarkan tatanan dunia yang berbasis paradigma baru. Paradigma win-win, bukan zero-sum. Paradigma merangkul, bukan mempengaruhi (containment). Paradigma kolaborasi, bukan kompetisi. Ini adalah solusi tansformatif yang kita butuhkan," kata Retno dalam pidatonya, dikutip dari situs Kemenlu RI, Selasa (27/9).

Retno menyampaikan, paradigma baru ini penting untuk menyalakan kembali semangat perdamaian. Menurutnya, kurangnya kepercayaan antarnegara (trust deficit) memicu kebencian dan ketakutan, sehingga dapat berujung pada konflik.

Untuk itu, Retno menilai, trust deficit harus diubah menjadi kepercayaan strategis (strategic trust).