EIU: Negara yang tak vaksinasi 60% populasi, akan rugi US$2,3 triliun

Di mana negara-negara berkembang akan menanggung sekitar dua pertiga dari kerugian ini.

Ilustrasi. Pixabay

The Economist Intelligence Unit (EIU) telah menerbitkan perkiraan global pada kuartal III, yang menguraikan konsekuensi ekonomi, politik, dan geopolitik dari ketidakadilan vaksin.

Laporan tersebut menyoroti bahwa negara-negara yang tidak memvaksinasi 60% populasi mereka pada pertengahan 2022, akan mencatat kerugian PDB sebesar US$2,3 triliun pada 2022-2025. Di mana negara-negara berkembang akan menanggung sekitar dua pertiga dari kerugian ini, hal tersebut akan menunda konvergensi ekonomi mereka menuju ekonomi maju dan akan memicu kemiskinan.

"Ketidaksetaraan vaksin akan memiliki konsekuensi jangka panjang. Perkiraan EIU juga menunjukkan, jadwal pemulihan ekonomi akan lebih lama di negara-negara miskin, dibandingkan dengan negara maju," kata dia dalam keterangan tertulisnya, Rabu (25/8).

Jadwal vaksinasi yang tertunda juga akan memicu kebencian, meningkatkan risiko kerusuhan sosial di negara berkembang. Situasi ini juga membuka jalan bagi peningkatan diplomasi vaksin dari China dan Rusia.

Di sisi lain, diplomasi vaksin Rusia telah gagal. Sebaliknya, operasi diplomasi vaksin China sukses. Namun, hal itu menimbulkan risiko bagi negara penerima, karena kemanjuran beberapa vaksin China tampak lebih rendah dari pada vaksin Barat.