Pattaya, kota wisata seks yang membuat malu pemerintah

Bangkok Post baru-baru ini melaporkan sekitar 60% pendapatan nasional Thailand berasal dari pariwisata, utamanya adalah pariwisata seks.

Ilustrasi Pattaya/ Pixbay

"Orang baik pergi ke surga, orang jahat pergi ke Pattaya," slogan populer tersebut sering ditemukan di papan reklame, pernak pernik dan kaos suvenir di Pattaya, sebuah kota wisata yang penuh turis di pantai Teluk Timur Thailand. 

Asian Correspondent dalam laporannya menyebut bahwa kota tersebut telah menjadi tempat bagi puluhan ribu pekerja seks. Sangat sulit untuk mengubah Pattaya, hanya sekedar wisata pantai tanpa embel-embel seks. Memang dari 33 juta orang yang mengunjungi negara seribu pagoda dimana 13 juta turis memenuhi pantai Teluk Timur Thailand, tidak semua mengunjungi Pattaya sekedar untuk wisata seks. 

Hanya saja, tidak dapat ditampik bahwa banyak yang tertarik ke kota seks. Prostitusi ilegal di Thailand Pattaya memiliki 27.000 pekerja seks yang dilaporkan. Wanita yang menjual seks untuk mencari nafkah, bukanlah hal baru bagi masyarakat Thailand.

Sejarah mencatat perdagangan seks di Bangkok telah muncul sejak zaman tentara internasional turun ke Pattaya, mulai dari tentara tentara Amerika Serikat (AS) yang perang dengan Vietnam. Hari ini, meskipun pemerintah junta Thailand tidak lagi menginginkan citra Pattaya melekat dengan istilah Sodom dan Gomoro, namun wisata seks masih melekat dengan Pattaya. Perdana Menteri Prayuth Chan ocha telah berjanji untuk menindak pelaku bisnis ilegal dan pelacuran di Pattaya. Pemerintah menganggap hal tersebut sebagai yang memalukan bagi Thailand.

Faktanya, industri seks di Pattaya telah menjadi daya tarik tersendiri bagi jutaan turis China yang berkunjung setiap tahunnya. Melihat data kedatangan, Thailand akan melakukannya dengan baik untuk memperhatikan permintaan pasar wisatawan China.