sun
moon
a l i n e a dot id
fakta data kata
logo alinea.id

Pattaya, kota wisata seks yang membuat malu pemerintah

Bangkok Post baru-baru ini melaporkan sekitar 60% pendapatan nasional Thailand berasal dari pariwisata, utamanya adalah pariwisata seks.

Mona Tobing
Mona Tobing Senin, 26 Feb 2018 18:48 WIB
Pattaya, kota wisata seks yang membuat malu pemerintah

"Orang baik pergi ke surga, orang jahat pergi ke Pattaya," slogan populer tersebut sering ditemukan di papan reklame, pernak pernik dan kaos suvenir di Pattaya, sebuah kota wisata yang penuh turis di pantai Teluk Timur Thailand. 

Asian Correspondent dalam laporannya menyebut bahwa kota tersebut telah menjadi tempat bagi puluhan ribu pekerja seks. Sangat sulit untuk mengubah Pattaya, hanya sekedar wisata pantai tanpa embel-embel seks. Memang dari 33 juta orang yang mengunjungi negara seribu pagoda dimana 13 juta turis memenuhi pantai Teluk Timur Thailand, tidak semua mengunjungi Pattaya sekedar untuk wisata seks. 

Hanya saja, tidak dapat ditampik bahwa banyak yang tertarik ke kota seks. Prostitusi ilegal di Thailand Pattaya memiliki 27.000 pekerja seks yang dilaporkan. Wanita yang menjual seks untuk mencari nafkah, bukanlah hal baru bagi masyarakat Thailand.

Sejarah mencatat perdagangan seks di Bangkok telah muncul sejak zaman tentara internasional turun ke Pattaya, mulai dari tentara tentara Amerika Serikat (AS) yang perang dengan Vietnam. Hari ini, meskipun pemerintah junta Thailand tidak lagi menginginkan citra Pattaya melekat dengan istilah Sodom dan Gomoro, namun wisata seks masih melekat dengan Pattaya. Perdana Menteri Prayuth Chan ocha telah berjanji untuk menindak pelaku bisnis ilegal dan pelacuran di Pattaya. Pemerintah menganggap hal tersebut sebagai yang memalukan bagi Thailand.

Faktanya, industri seks di Pattaya telah menjadi daya tarik tersendiri bagi jutaan turis China yang berkunjung setiap tahunnya. Melihat data kedatangan, Thailand akan melakukannya dengan baik untuk memperhatikan permintaan pasar wisatawan China.

Bangkok Post baru-baru ini melaporkan bahwa sekitar 60% pendapatan nasional Thailand berasal dari pariwisata, utamanya adalah pariwisata seks. Hal inilah yang menarik banyak orang asing datang untuk turut mencicip uang dari bisnis prostitusi. 

Kepolisian Thailand pada Senin (26/2) menangkap sepuluh orang asal Rusia yang membuka kelas pelatihan seksual bagi sesama warga Rusia di kawasan pantai Pattaya. Mereka akan dituntut bersalah karena bekerja di Thailand tanpa izin. Polisi mengatakan bahwa di antara mereka yang ditangkap adalah seorang pria bernama Alex Lesley, yang mengklaim diri sebagai pakar seks.

Lesley sempat membuat kehebohan yang pada tahun lalu berencana ikut mencalonkan diri dalam pemilihan presiden di Rusia bulan depan. Namun Lesley yang bernama asli Alexander Kirillov menurut kepolisian Thailand ditegaskan tidak terdaftar sebagai kandidat presiden oleh Komisi Pemilihan Umum Pusat Rusia.

Sponsored

Sepuluh orang yang ditangkap dan akan dituntut bekerja di Thailand tanpa izin. Meski begitu, soal membuka kelas seksual disebut polisi tidak bersalah. Reuters melaporkan bahwa salah satu di antara yang ditahan akan mendapat hukuman karena masa visanya telah habis. Tiga lainnya disebut masuk ke Thailand secara ilegal tanpa paspor. 

"Pada peserta kursus itu harus membayar lebih dari 20.000 baht (atau hampir Rp 9 juta)," kata kepala kepolisian Pattaya, Apichai Krobpet.

Pihak kepolisian mengatakan perwakilan kedutaan besar Rusia di Bangkok telah datang ke Pattaya untuk memberikan bantuan. Hingga kini, kedutaan Rusia belum berkomentar atas kasus ini.

Lesley diketahui sebagai seorang selebritis di Instagram. Ia diketahui memiliki 36.000 pengikut di Instagram. Pada postingan terbarunya, ia mengunggah sebuah video tentang beberapa orang di pantai yang mengenakan kaus bertuliskan Animator Seks. Selain itu, Lesley kerap mengiklankan kursusnya untuk sejumlah teknik seks yang dibuka sejak 17 Februari lalu.

Berita Lainnya
×
tekid