Serangan siber di Ukraina merusak sistem RS, listrik, dan keuangan

Para ahli memprediksi, bisa jadi bakal ada serangan siber yang lebih serius dan mengganggu masyarakat umum.

Ilustrasi. Pixabay

Peretas dikabarkan merusak dan mengganggu akses ke berbagai situs resmi pemerintah Ukraina pada Jumat (15/1). Para ahli memprediksi, bisa jadi bakal ada serangan siber yang lebih serius dan mengganggu masyarakat umum.

Seperti dilansir Reuters, Sabtu (15/1), Analis Intelijen Perusahaan Cybersecurity AS Mandiant, John Hultquist, mengatakan, ketegangan bisa tumbuh dan menimbulkan aktivitas siber yang lebih agresif di Ukraina. Otoritas setempat harus mulai bersiap-siap.

Penerobosan oleh peretas di rumah sakit, perusahaan utilitas listrik, dan sistem keuangan sampai saat ini jarang terjadi. Namun, penjahat dunia maya terorganisir, banyak dari mereka yang tinggal di Rusia, telah mengincar institusi secara agresif dalam dua tahun terakhir, membekukan data, dan peralatan terkomputerisasi.

Serangan Jumat terhadap situs-situs Ukraina termasuk peringatan untuk takut dan bersiap pada yang terburuk, pada saat Rusia telah mengumpulkan sekitar 100.000 tentara di dekat Ukraina, meningkatkan kekhawatiran Eropa bahwa mereka sedang mempertimbangkan invasi. Moskow membantah ingin menyerang.

Rusia telah berulang kali menolak tuduhan peretasan yang dilontarkan oleh Ukraina dan negara-negara lain selama bertahun-tahun. Sementara tersangka dalam perusakan web terbaru, Rusia belum secara langsung dituduh oleh Ukraina. Pada 2014, pasukan Rusia pergi ke semenanjung Laut Hitam Krimea dan mencaploknya dari Ukraina. Jika Rusia menyerang lagi, lebih banyak serangan cyber juga akan terjadi, prediksi mantan eksekutif cybersecurity Crowd Strike, Dmitri Alperovitch.