SOS, ratusan orang mati karena kelaparan di Somalia

Bantuan kemanusiaan telah dilemahkan oleh krisis global seperti pandemi Covid-19 dan sekarang perang Rusia di Ukraina.

Dokter Mustaf Yusuf merawat Ali Osman, 3, yang menunjukkan gejala Kwashiorkor, malnutrisi protein parah yang menyebabkan pembengkakan dan luka pada kulit, saat dia diukur di pusat stabilisasi malnutrisi yang dijalankan oleh Action against Hunger, di Mogadishu, Somalia, Minggu (5/6/2022). AP Photo/Farah Abdi Warsameh

Tidak ada ibu yang ingin kehilangan anaknya. Tetapi Owliyo Hassan Salaad, telah menyaksikan empat anaknya mati tahun ini. Kekeringan di Afrika telah mengambil mereka, satu per satu.

Sekarang dia menggendong Ali Osman yang berusia tiga tahun yang lemah, yang dia bawa setelah melewati perjalanan 90 kilometer (55 mil) dari desanya ke Ibu Kota Somalia, Owliyo sangat tidak ingin kehilangan dia juga. Duduk di lantai pusat perawatan malnutrisi yang dipenuhi ibu-ibu yang cemas, dia hampir tidak bisa berbicara tentang mayat-mayat kecil yang terkubur di tanah yang terlalu kering untuk ditanam.

Kematian telah dimulai pascaterjadi kekeringan di kawasan itu dalam empat dekade. Data yang dibagikan kepada The Associated Press menunjukkan, setidaknya 448 kematian tahun ini di pusat perawatan malnutrisi di Somalia saja. Pihak berwenang di Somalia, Etiopia, dan Kenya, memiliki tugas berat untuk mencoba mencegah kelaparan.

Lebih banyak lagi orang yang meninggal tanpa diketahui pihak berwenang, seperti empat anak Salaad, semuanya berusia di bawah 10 tahun. Beberapa meninggal di komunitas pastoral terpencil. Beberapa di antaran mati ketika hendak mencari bantuan. Beberapa meninggal bahkan setelah mencapai kampung pengungsian, karena kekurangan gizi.

Pasti ribuan telah tewas, kata Koordinator Kemanusiaan PBB untuk Somalia Adam Abdelmoula, kepada wartawan pada Selasa (7/6), meskipun data untuk mendukung itu belum datang.