Sri Lanka alami krisis ekonomi, butuh bantuan negara-negara sahabat

Perdana Menteri Sri Lanka menyatakan kemungkinan jatuh ke titik terendah.

Ilustrasi Pixabay.

Di tengah ancaman krisis ekonomi yang sedang melanda banyak negara di seluruh dunia saat ini, Sri Lanka kini sedang mengalami kebangkrutan. Negara kepulauan dengan penduduk sekitar 22 juta orang ini berjuang dari krisis ekonomi terburuknya selama tujuh dekade terakhir. 

Krisis mata uang asing telah menghambat impor, kelangkaan pangan, bahan bakar, listrik, hingga kebutuhan pokok lainnya seperti obat-obatan. Hal ini juga dipicu oleh kekurangan devisa negara yang sangat parah.

Pernyataan runtuhnya ekonomi Sri Lanka juga secara tegas dinyatakan oleh Perdana Menteri Sri Lanka, Ranil Wickremesinghe kepada parlemen pada Rabu (22/6) seperti dikutip dari Bloomberg.

“Kita sekarang menghadapi situasi yang jauh lebih serius di luar sekadar kekurangan bahan bakar, gas, listrik, dan makanan. Kita sekarang melihat tanda-tanda kemungkinan jatuh ke titik terendah,” ucap Ranil.

Sri Lanka diketahui telah menangguhkan pembayaran utang luar negeri senilai US$12 miliar pada April lalu. Saat ini negara Asia Selatan tersebut membutuhkan dana US$6 miliar dalam beberapa bulan mendatang untuk menopang cadangannya, membayar tagihan impor yang membengkak, dan menstabikan mata uangnya.