Turkmenistan larang penggunaan kata coronavirus

Warga Turkmenistan yang menggunakan masker atau berdiskusi tentang coronavirus jenis baru di tempat publik dapat ditangkap polisi.

Pembuat kue, Torsten Roth, memperlihatkan kue berbentuk coronavirus dan antibodi di Erfurt, Jerman, Selasa (31/3/2020). ANTARA FOTO/REUTERS/Karina Hessland

Organisasi internasional yang mengawasi kebebasan media, Reporters Without Borders (RSF), pada Selasa (31/3) mengatakan bahwa pemerintah Turkmenistan telah melarang media lokal menggunakan kata "coronavirus" dalam pemberitaannya.

Mengutip laporan dari media independen Chronicles of Turkmenistan, RSF menyebut bahwa pemerintahan Presiden Gurbanguly Berdymukhamedov juga mengumumkan bahwa kata "coronavirus" akan dihapus dari brosur informasi kesehatan yang umumnya diedarkan di sekolah, rumah sakit, dan tempat kerja.

Selain itu, RSF menuturkan bahwa warga Turkmenistan yang menggunakan masker atau berdiskusi tentang coronavirus jenis baru di tempat publik dapat ditangkap polisi.

"Penolakan informasi ini tidak hanya membahayakan warga Turkmenistan, tetapi juga memperkuat otoritarianisme yang diterapkan Presiden Berdymukhamedov," tutur Kepala RSF untuk Eropa Timur dan Asia Tengah Jeanne Cavelier.

Turkmenistan menduduki peringkat terakhir dalam Indeks Kebebasan Pers Dunia 2019 yang dirilis RSF. Pakar politik Asia Tengah dari Columbia University, Alexander A. Cooley, menyebut bahwa pemerintah Turkmenistan memiliki kontrol kuat atas informasi yang beredar di negara tersebut.