Sektor terbarukan baru memenuhi 11% dari total konsumsi energi nasional

Keadaan ini masih jauh dari target di mana Indonesia harus menjadi negara dengan nol emisi pada 2060.

Ilustrasi. Pixabay

Pemerintah Indonesia mencatat baru 11% dari total konsumsi energi nasional dipenuhi dari sektor energi terbarukan. Sisa, 90% lainnya, masih bergantung pada fosil. Sebanyak 31% energi di dalamnya berasal dari minyak bumi, sementara 38% lainnya mengandalkan batu bara. Sayangnya, energi yang ditopang dari fosil hanya cukup untuk 20-23 hari konsumsi tanpa menyisakan cadangan yang berkelanjutan. Keadaan ini masih jauh dari target di mana Indonesia harus menjadi negara dengan nol emisi pada 2060.

Direktur Jenderal Energi Baru Terbarukan dan Konservasi Energi Dadan Kusdiana memaparkan, kondisi pemakaian energi setahun belakangan menurun sebesar 10% akibat pandemi Covid-19. Namun, diprediksi bakal mengalami kenaikan kembali sejalan dengan pemulihan ekonomi. Sayangnya, Indonesia menjadi negara yang secara tetap bergantung pada 1,5 juta barel minyak mentah kemudian ditambah 700.000 minyak mentah pada 2020. Kondisi ini membuat subsidi energi di Indonesia tetap tinggi dengan menghabiskan Rp88,2 triliun hingga September 2021. Diskusi mengenai kondisi energi di Indonesia ini dipaparkan dalam Sweden-Indonesia Sustainability Partnership (SISP) Week bertajuk Renewabel Energy, Kamis (25/11).

Di sisi lain, ada arahan dunia internasional yang harus diintegrasikan ke dalam kebijakan nasional untuk menurunkan emisi karbon, beralih menuju energi hijau, dan merevolusi industri menjadi lebih ramah lingkungan. Indonesia juga harus meningkatkan investasi untuk transisi energi menuju pembangunan ekonomi biru termasuk transportasi yang berkelanjutan dan industri baterai yang ramah lingkungan. Terakhir, secara nasional Indonesia telah memberlakukan pajak karbon sebagai usaha mendekatkan isu perubahan iklim di dunia industri.

Kondisi ini berbanding terbalik dengan potensi energi alam yang ada di Indonesia.

“Hampir semua daerah memiliki potensi energi terbarukan. Air banyak ditemukan di Kalimantan Utara, Aceh, Sumatera Barat, dan Sumatera Utara. Sementara potensi angin ada di NTT, Kalimantan Selatan, Jawa Barat, dan Sulawesi Selatan,” imbuh Dadan.