Survei: 4 dari 5 orang berpotensi terkena tipu transaksi online

Sejumlah fakta menarik ditemukan, di antaranya warga Jakarta menjadi jawara korban FOMO.

Warga +62 rawan kena tipu-tipu belanja online akibat FOMO. Foto istimewa

Munculnya perilaku fear of missing out (FOMO) di tengah meningkatnya tren belanja online saat ini mendorong PT Global Digital Niaga Tbk (Blibli/BELI) menganalisanya sebagai salah satu faktor penyebab semakin tingginya ancaman dan risiko penipuan online.

Fakta tersebut muncul melalui eksperimen sosial yang digagas Blibli melalui situs Vomoshop (https://www.vomoshop.com/) yang bekerja sama dengan Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kemkominfo) RI, Badan Siber dan Sandi Negara (BSSN), Asosiasi Ecommerce Indonesia-idEA, para pemilik merek, media massa dan komunitas.

Untuk mengetahui seberapa jauh literasi digital dan kesadaran diri pengguna dalam menjaga keamanan siber saat bertransaksi online, eksperimen sosial ini menyertakan rangkaian mulai iklan digital dengan penawaran harga tidak masuk akal pada situs Vomoshop.com dan mengajak masyarakat untuk checkout dengan informasi transaksi ke rekening pribadi yang tidak resmi.

Adapun, mengingat tujuan eksperimen sosial ini adalah edukasi, situs pun dirancang sedemikian rupa untuk tidak meminta data pribadi pengunjung dan tanpa ada pembayaran yang dilakukan, di mana perjalanan pengunjung ketika checkout berakhir di laman edukasi #IngatVOMO.  

Berdasarkan hasil eksperimen yang dilakukan, lebih dari 63.000 visitor merespons dengan mengakses situs. Sejumlah fakta menarik ditemukan, di antaranya warga Jakarta menjadi jawara korban FOMO dan perempuan menjadi yang paling FOMO kala belanja online. Dari segi demografi usia, warga usia 25-34 tahun menjadi yang paling mudah terpancing mengunjungi situs, disusul warga usia 18-24 tahun.