Seperti halnya bunga tulip di Belanda atau koi di Jepang, Turki menjaga kucing Angora sebagai kekayaan budaya.
Di Indonesia, kucing berbulu panjang sering disebut “kucing angora” entah itu Persia, Himalaya, atau Siberia. Padahal, istilah Angora secara khusus merujuk pada kucing asli dari Ankara, Turki, bukan sekadar karakteristik fisik. Kebiasaan menyamaratakan label ini kerap menutupi keunikan genetik dan budaya di balik ras yang autentik.
Nama Angora berasal dari ejaan lama kota Ankara, ibu kota Turki. Ini adalah salah satu ras kucing tertua di dunia, dengan catatan sejarah sejak abad ke-17, ketika kucing ini sudah dibawa ke istana-istana Eropa. Salah satu cirinya adalah tubuh yang ramping dan elegan, serta bulu halus seperti sutra—khususnya dalam varian putih bermata biru atau heterokromatik (odd‑eyed).
CBS (Cat Fanciers’ Association) mencatat bahwa kucing ini adalah ras alami dari Anatolia tengah.
Di Turki, sejak awal abad ke‑20, pemerintah memulai program pelestarian di Kebun Binatang Hutan dan Kebun Binatang Atatürk (Atatürk Forest Farm and Zoo) untuk menjaga genotipe asli, yang juga sempat mendapat pengakuan hukum sebagai “harta nasional”
Populasi angora diawasi ketat