Di Indonesia, kucing berbulu panjang sering disebut “kucing angora” entah itu Persia, Himalaya, atau Siberia. Padahal, istilah Angora secara khusus merujuk pada kucing asli dari Ankara, Turki, bukan sekadar karakteristik fisik. Kebiasaan menyamaratakan label ini kerap menutupi keunikan genetik dan budaya di balik ras yang autentik.
Nama Angora berasal dari ejaan lama kota Ankara, ibu kota Turki. Ini adalah salah satu ras kucing tertua di dunia, dengan catatan sejarah sejak abad ke-17, ketika kucing ini sudah dibawa ke istana-istana Eropa. Salah satu cirinya adalah tubuh yang ramping dan elegan, serta bulu halus seperti sutra—khususnya dalam varian putih bermata biru atau heterokromatik (odd‑eyed).
CBS (Cat Fanciers’ Association) mencatat bahwa kucing ini adalah ras alami dari Anatolia tengah.
Di Turki, sejak awal abad ke‑20, pemerintah memulai program pelestarian di Kebun Binatang Hutan dan Kebun Binatang Atatürk (Atatürk Forest Farm and Zoo) untuk menjaga genotipe asli, yang juga sempat mendapat pengakuan hukum sebagai “harta nasional”
Populasi angora diawasi ketat
Seperti halnya bunga tulip di Belanda atau koi di Jepang, Turki menjaga kucing Angora sebagai kekayaan budaya.
Pemerintah Turki tidak main-main dalam menjaga warisan genetik kucing Angora. Melalui kebijakan yang dikeluarkan oleh Kementerian Pertanian dan Kehutanan Turki, ekspor kucing angora dilarang secara ketat, khususnya untuk jenis Angora putih bermata odd-eye (mata biru dan kuning).
Turki kini mengelola program konservasi kucing Angora secara resmi di Kebun Binatang Atatürk di Ankara. Setiap tahunnya, puluhan Angora putih murni dibiakkan dengan hati-hati dan tidak diperbolehkan keluar dari negara tersebut. Para petugas bahkan menyimpan catatan silsilah setiap induk dan anak kucing, layaknya pencatatan silsilah keluarga kerajaan.
“Kucing Angora sekarang dilarang diekspor keluar dari Turki seperti banyak spesies asli lainnya,” kata Ayşegül Korkmaz, kepala Pusat Perlindungan & Pelestarian Kucing Angora di Ankara.
Sejak 2017, lembaga tersebut telah membiakkan minimal 100 anak kucing setiap tahun dengan sistem microchipping dan silsilah ketat. Kebijakan ini lebih dari sekadar administrasi—ini adalah pengakuan bahwa Angora putih murni bermata khas perlu dilindungi dari risiko pencampuran genetik atau kehilangan karakter.
Sebelumnya, kebijakan seperti ini sudah berlangsung sejak 1930‑an, saat pemerintah mengumpulkan semua angora putih (bermata biru, amber, atau odd-eyed) dan melarang ekspornya untuk sementara.
Ekspor baru dibuka secara terbatas pada tahun 1963, saat dua ekor angora pernah dikirim ke Amerika Serikat untuk membangun fondasi program pembiakan di sana .
Ada “Angora” di Luar Turki?
Kalau di luar Turki ada kucing yang disebut “Turkish Angora” atau sekadar “Angora”, itu umumnya versi yang telah dikembangbiakkan di Amerika Serikat atau Eropa—sering melalui asosiasi CFA atau TICA. Tapi banyak dari mereka sudah bukan warisan genetik asli Ankara. Situs breed-cat seperti CatsBest menyatakan bahwa walaupun ekspor sangat dibatasi, terdapat juga individu yang berhasil dibawa ke luar Turki sejak 1950-an, namun sangat terbatas dan di bawah kendali ketat.(globaltimes)