Apakah jembatan kaca selalu berisiko celaka?

Jembatan kaca menjadi daya tarik bagi wisatawan karena menimbulkan sensasi adrenalin dan pengalaman visual yang mengesankan.

Jembatan kaca di Batu Angkruk, Dieng, Kabupaten Wonosobo, Jawa Tengah, Sabtu (28/10/2023). Alinea.id/Fandy Hutari.

Pada Rabu (25/10), jembatan kaca The Geong di kompleks hutan pinus Limpakuwus, Kabupaten Banyumas, Jawa Tengah pecah. Peristiwa tersebut menyebabkan seorang wisatawan asal Cilacap, Jawa Tengah tewas karena terjatuh dari ketinggian sekitar 15 meter.

Selain The Geong, di Indonesia terdapat jembatan kaca yang kerap dikunjungi wisatawan, di antaranya The Baron Hill of Guci di Tegal, Buntu Burake di Sulawesi Selatan, Brendeng di Tangerang, Gumuk Reco di Semarang, The Edge di Purwokerto, dan Batu Angkruk di Dieng.

Di luar negeri pun ada jembatan kaca yang terkenal, seperti Langkawi Sky Bridge di Malaysia, Bach Long Bridge di Vietnam, Glacier Skywalk di Kanada, Dachstein Suspension Bridge di Austria, dan Grand Canyon Skywalk di Amerika Serikat. China punya banyak jembatan kaca, di antaranya Tianmenshan Mountain Skywalk, The Greatest Skywalk, Yuntiandu Glass Bridge, Aizhai Glass Bridge, dan The Yellow River 3D Glass Bridge.

Peristiwa serupa The Geong pernah terjadi pada jembatan kaca di kawasan wisata luar Kota Longjing, China pada Mei 2021 lalu. Saat itu, dari laporan BBC, 10 Mei 2021, angin kencang dengan kecepatan 150 kilometer per jam menyebabkan lantai jembatan kaca ambrol. Akibatnya, seorang turis terjebak dan bertahan memegang pembatas di ketinggian sekitar 100 meter.

Menurut laporan NBC News, 11 Mei 2021, turis itu terjebak selama lebih dari setengah jam di jembatan kaca yang ada dalam kawasan Gunung Piyan tersebut. Beruntung, turis itu bisa kembali ke tempat yang aman, setelah upaya penyelamatan dari polisi, petugas pemadam kebakaran, dan petugas kehutanan.