Arak Batavia: Dikuasai orang-orang China, dicintai warga Eropa

Pada era kolonial, arak Batavia pernah menjadi minuman primadona di negara-negara Eropa.

Ilustrasi arak Batavia. Alinea.id/Oky Diaz

Dalam sebuah catatan perjalanannya pada 1796, begawan politik sekaligus ahli rum asal Prancis Joseph-Francois Charpentier de Cossigny pernah mengumbar puja-puji untuk arak asal Batavia. Ia menyebut arak Batavia adalah salah satu minuman keras terbaik di Eropa. 

"Arak Batavia jauh lebih bagus kualitasnya ketimbang rum Jamaika. Ini adalah sebuah fakta yang bahkan harus diakui oleh orang-orang Inggris sekalipun," tulis Charpentier. 

Ketika itu, warga Inggris sedang tergila-gila dengan punch, minuman yang berisi campuran alkohol, gula, air, rempah, dan perasan lime atau lemon. Punch pada mulanya dipopulerkan oleh pelaut dan pegawai East India Company pada awal abad ke-17. Biasanya, punch disajikan dalam mangkuk-mangkuk besar untuk konsumsi bersama. 

Di London dan sejumlah kota di Inggris, tempat minum punch menjamur. Saat itu, rum Jamaika dipakai sebagai campuran utama membuat punch. Namun, menurut David Wondrich, dalam "The Rebirth of an Essential Cocktail Ingredient" yang terbit di The Daily Beast, popularitas rum Jamaika dan berbagai minuman beralkohol lainnya mulai digeser oleh arak Batavia. 

"Pada tahun 1700-an, arak Batavia bisa dengan mudah didapat di London dengan harga tertentu. Selama seabad berikutnya, minuman itu selalu bertengger di daftar deretan minuman dengan harga termahal," tulis Wondrich.