Bagaimana generasi sandwich mengelola keuangan rumah tangga?

Untuk menjaga kestabilan finansial, para generasi sandwich perlu memiliki dana darurat setidaknya 6-12 kali pengeluaran keluarga.

Ilustrasi. Pixabay

Sensus penduduk yang dilakukan sepanjang pandemi Covid-19 mulai Februari-September 2020 memunculkan fakta baru, bahwa kelompok produktif atau generasi milenial harus menopang kehidupan baby boomers dan generasi Z. Itu tandanya banyak dari mereka yang terjebak sebagai generasi sandwich.

Generasi sandwich bisa dimaknai sebagai generasi yang harus menanggung beban finansial bagi dirinya sendiri serta generasi di atas atau di bawahnya. Pondasi keuangan yang kuat ditekankan oleh Perencana Keuangan Mike Rini Sutikno, dalam siaran daring Infonomik bertajuk Mengolah dan Mengelola Keuangan Rumah Tangga, Rabu (27/10).  

Mike menjelaskan pentingnya komunikasi antara anak dan orang tua bagi generasi sandwich. Anak tak perlu memaksakan diri menanggung semua biaya orang tuanya. Sebaliknya yang perlu dilakukan adalah menyesuaikan pendapatan anak dengan kebutuhan orang tua. Misalnya anak hanya bisa memenuhi sebagian kebutuhan orang tuanya. Maka, sebagian yang lain bisa dipenuhi dengan iuran sesama saudara.

Kasus lain jika generasi sandwich adalah anak tunggal, maka perencanaan finansial yang matang dibutuhkan untuk mengakomodasi kebutuhan keduanya. Bukan malah mengorbankan kebutuhan anak atau orang tuanya. Diskusikan dengan pasanganmu jumlah pasti uang yang bisa dikirimkan kepada orang tua. Jika memungkinkan buka keran tambahan penghasilan lainnya. Komunikasi yang efektif dengan pasangan juga memungkinkan rumah tangga berjalan lebih harmonis.

Untuk menjaga kestabilan finansial, para generasi sandwich perlu memiliki dana darurat setidaknya 6-12 kali pengeluaran keluarga. Sebagai contoh jika pengeluaran keluarga berada pada kisaran Rp5 juta, maka dana darurat yang harus disiapkan minimal adalah Rp30 juta.