Penelitian yang diterbitkan di jurnal Nature Climate Change mengungkap, suhu tinggi memengaruhi kondisi hidup dan kerja.
Cuaca panas ekstrem adalah risiko paling berbahaya yang ditimbulkan perubahan iklim di Australia. Hal ini tak hanya berdampak pada fisik penduduknya, tetapi kemungkinan juga ada dampak terhadap kesehatan mental.
Penelitian yang diterbitkan di jurnal Nature Climate Change (2025) berjudul “Increasing burden of poor mental health attributable to high temperature in Australia” mengungkap, suhu tinggi di Australia telah memengaruhi kondisi hidup dan kerja. Seiring memburuknya perubahan iklim, maka bakal meningkatkan beban gangguan mental dan perilaku atau mental and behavioral disorders (MBDs).
Dilansir dari Science Alert, gangguan mental dan perilaku mencakup gangguan kecemasan, depresi, afektif bipolar, skizofrenia, penggunaan alkohol dan narkoba, serta penggunaan zat lainnya.
Menurut proyeksi terkini, jika pemanasan global terhenti di bawah 3 derajat Celsius pada 2100, beban relatif gangguan mental dan perilaku dapat meningkat sebesar 11% pada 2030-an dan 27,5% pada 2050-an. Jika tidak ada upaya besar yang dilakukan untuk mengurangi pemanasan global dan krisis iklim meningkat, maka beban gangguan mental dan perilaku dapat meningkat hampir 49% pada 2050.
“Dari tekanan ringan hingga kondisi serius, seperti skizofrenia, meningkatnya suhu membuat keadaan menjadi lebih sulit bagi jutaan orang. Kaum muda, yang sering menghadapi masalah ini di awal kehidupan, sangat berisiko karena krisis iklim semakin memburuk,” kata salah seorang peneliti yang merupakan peneliti kesehatan lingkungan dari Universitas Adelaide, Peng Bi, dikutip dari Scinece Alert.