Sebelumnya, Khelif sempat didiskualifikasi dari Kejuaraan Dunia 2023 oleh IBA.
Nama Imane Khelif melejit setelah meraih medali emas tinju di Olimpiade Paris 2024. Ia bukan hanya kebanggaan Aljazair, melainkan juga simbol perjuangan dan dedikasi seorang atlet perempuan. Namun, di balik sorotan kamera dan kalungan medali, Khelif justru terjebak dalam pusaran kontroversi tentang identitas gender dan standar kelayakan di dunia olahraga yang terus bergolak.
Kontroversi itu memuncak ketika World Boxing, badan baru yang menggantikan peran Asosiasi Tinju Internasional (IBA), mengumumkan kebijakan pemeriksaan jenis kelamin genetik bagi semua atlet dewasa. Kebijakan tersebut bertujuan untuk "menentukan kelayakan atlet pria dan wanita" serta "memastikan kesetaraan dalam kompetisi." Namun, pengumuman itu disertai penyebutan langsung nama Khelif, yang disebut harus menjalani tes kelamin sebelum bertanding di kompetisi mendatang.
Kritik pun berdatangan. Federasi Tinju Aljazair mengecam penyebutan nama atletnya dalam kebijakan yang masih kontroversial. Merespons tekanan tersebut, World Boxing akhirnya secara resmi meminta maaf, mengakui bahwa pencantuman nama Khelif dalam pernyataan publik adalah langkah yang tidak sensitif.
Khelif, yang berusia 26 tahun, adalah wanita petinju yang sangat tangguh. Ia tampil impresif di kelas welter wanita, mengalahkan lawan-lawannya dengan gaya dominan dan penuh percaya diri. Namun, perhatian dunia tidak hanya tertuju pada teknik bertinjunya.
Spekulasi seputar jenis kelaminnya kembali muncul, sebagaimana yang terjadi saat ia didiskualifikasi dari Kejuaraan Dunia 2023 oleh Asosiasi Tinju Internasional (IBA). Saat itu, IBA—organisasi yang kini tidak lagi diakui oleh Komite Olimpiade Internasional (IOC)—menyebut ia gagal dalam “tes kelayakan”, tanpa memberikan rincian jelas.