Limbah tekstil industri fesyen di Indonesia mencapai 2,3 juta ton

Digital fesyen diharapkan bisa mengurangi waste yang dihasilkan industri fesyen saat tahap produksi.

Wamenparekraf Angela Tanoesoedibjo mengapresiasi hadirnya "Bali Digital Fashion Week 2022" yang menjadi ajang digital fashion week pertama di Asia dalam sambutannya pada Opening Ceremony BDFW 2022, Sabtu (10/12/2022). Foto Kemenparekraf

Digital fesyen menunjukkan potensi pelestarian budaya di dunia maya tanpa batas geografis. Dan pemasaran melalui metaverse memiliki potensi yang sangat besar kedepan. Bloomberg memproyeksikan metaverse akan menjadi masa depan internet dengan nilai yang ditaksir mencapai US$800 miliar pada 2024. 

Dan di 2026 diperkirakan ada 25% dari populasi dunia yang bakal menghabiskan setidaknya satu jam dalam sehari di metaverse.

“Kita bahkan bisa mengenalkan batik kepada dunia melalui desain skin di game dan lain sebagainya. Seperti contoh avatar saya yang super keren sekali memakai digital fashion dress bermotif batik karya kolaboratif Majalabs bersama ICCN,” kata Wamenparekraf Angela Tanoesoedibjo, dalam keterangan di portal resmi Kemenparekraf, Minggu (11/12).

Digital fesyen juga hadir sebagai solusi penanganan limbah fesyen. Limbah tekstil industri fesyen di Indonesia sudah mencapai 2,3 juta ton atau setara dengan 12% dari limbah rumah tangga di 2021. Sedangkan hanya 0,3 juta ton limbah tekstil yang bisa terdaur ulang.

“Digital fesyen diharapkan bisa mengurangi waste yang dihasilkan industri fesyen saat tahap produksi. Dengan cara apa? Dengan cara mengurangi konsumsi air, zat kimia, dan penggunaan bahan baku kain secara total,” ujar Angela.