Literasi gizi anak kalah saing dengan iklan produk makanan

Literasi gizi yang masih rendah di masyarakat selama ini, telah menyebabkan hampir 100 tahun Indonesia direcoki oleh informasi yang salah.

Ilustrasi. Pixabay

Ketua Umum PP  Himpunan Pendidik dan Tenaga Kependidikan Anak Usia Dini Indonesia (HIMPAUDI) Netty Herawati mengatakan, literasi gizi tidak diberikan secara baik oleh para guru dan kalah saing dengan iklan-iklan produk makanan dan minuman di media TV.

Akibatnya anak-anak mengalami berbagai gangguan gizi dan kesehatan, karena keluarga tidak terbiasa menerapkan kemampuan bagaimana memilih makanan, mengetahui harus dan tidak boleh diminum, serta bagaimana menjaga kesehatan tubuhnya.

"Banyak sekali yang mengira telah mengonsumsi makanan sehat, padahal tidak sehat. Misalnya, banyak orang merasa susu kental manis itu juga susu, sama seperti susu yang lain. Padahal tidak," ujar Netty dalam webinar, Rabu (19/5).

Ketua Harian Yayasan Abhipraya Insan Cendekia Indonesia (YAICI) Arif Hidayat menambahkan, pengenalan literasi gizi yang masih rendah di masyarakat selama ini, telah menyebabkan hampir 100 tahun Indonesia direcoki oleh informasi yang salah atau iklan yang salah terutama mengenai asupan gizi, seperti susu kental manis.  

"Kebanyakan selama ini literasi gizi banyak simpang siur atau salah persepsi, yang menganggap susu kental manis itu sebagai minuman bernutrisi.  Padahal faktanya tidak lebih adalah mengandung gula yang cukup tinggi yang tidak lain hanyalah sirup beraroma susu," katanya.