Menggowes di tengah pandemi: Gaya hidup sehat yang tak didukung infrastruktur

Angka penjualan sepeda naik hingga empat kali lipat di tengah pandemi Covid-19. Sayangnya, infrastruktur bersepeda masih minim.

Bersepeda menjadi pilihan olahraga sebagian besar masyarakat di tengah pandemi Covid-19. Ilustrasi Alinea.id/Dwi Setiawan

Sudah hampir tiga bulan Jonathan rutin menggowes sepeda. Tak hanya untuk berolahraga, pemuda berusia 26 tahun itu kini juga telah menjadikan sepeda sebagai alat transportasi untuk mengantarnya dari rumah ke kantor. 

"Waktu itu (saya) sebatas menjadikan sepeda sebagai alat olahraga semata. Belum sebagai transportasi ke kantor," ujar Jonathan saat berbincang dengan Alinea.id di kawasan Pesing, Jakarta Barat, Kamis (25/6) petang. 

Jonathan "berkenalan" dengan sepeda pada September 2019. Meski ikut tergabung dalam komunitas Bike to Work (B2W), pada mulanya Jonathan hanya bersepeda untuk menurunkan berat badannya. Ia sempat 110 kilogram.

Akan tetapi, setelah berat badannya turun hingga 20 kilogram, Jonathan memutuskan untuk bersepeda ke kantor. "Di luar itu saya juga mulai peduli dengan lingkungan," ujar pria yang berkerja di sektor jasa konstruksi itu. 

Jonathan tinggal di kawasan Sangiang, Tangerang, Banten dan bekerja di kawasan Jelambar, Jakarta Barat. Artinya, setiap hari dia harus menggowes sepedanya menempuh jarak hingga 25 kilometer untuk sampai ke kantor.