Obesitas meningkat selama pandemi: Dipicu stres, kehilangan pekerjaan, dan tak pernah ke mana-mana

Fenomena obesitas selama pandemi hampir merata di seluruh dunia.

ilustrasi. foto Pixabay

Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit Amerika Serikat menyatakan tingkat obesitas naik 35% di 16 negara bagian hanya dalam setahun pandemi. Fenomena yang sama juga terjadi di seluruh dunia. Peningkatan obesitas ini kemungkinan dipicu oleh perilaku menetap atau tak pernah ke mana-mana, stres, dan kehilangan pendapatan yang berakibat pada sulitnya mendapatkan makanan sehat.

"Obesitas terus menjadi krisis kesehatan masyarakat yang signifikan," kata Nadine Gracia, seorang dokter dan presiden dan CEO Trust for America's Health, sebuah kelompok kebijakan kesehatan. Pandemi, imbuhnya, hanya memperburuk masalah yang memang sudah berkembang beberapa dekade terakhir. Dilansir npr.org, pada 2011 tidak ada satu negara pun yang mencapai ambang obesitas 35%.

Stres dan kenaikan berat badan

Peneliti Obesitas di Harvard Medical School, Fatima Cody Stanford, mengatakan penelitian terbaru CDC didasarkan pada survei terhadap orang-orang yang melaporkan sendiri tinggi dan berat badan mereka. Padahal, pasien cenderung tidak ingin melaporkan berat badan sehingga penelitian ini tidak menangkap seluruh populasi di Amerika Serikat.

Stanford berpendapat bahwa prevalensi obesitas yang berkembang belum memenuhi pengakuan yang memadai bahwa itu adalah sebuah penyakit. Pasalnya, sebagian besar obesitas tidak dikenali, apalagi diobati. Keadaan ini diperburuk dengan pandemi yang menyebabkan periode sulit baik secara sosial, ekonomi, maupun kesehatan.