Penggalan kisah pembelajaran kewarganegaraan ala homeschooling

Latar belakang nilai setiap keluarga, menentukan tujuan dan arah pendidikan yang dilangsungkan melalui metode homeschooling.

Ilustrasi, orang tua sedang mengawasi anaknya yang sedang belajar.Freepik.com

Praktik pendidikan berbasis keluarga yang lebih dikenal dengan homeschooling atau sekolah rumah diduga rentan menjadi tempat bertumbuhnya paham radikalisme dan sikap intoleransi.

Akhir November lalu, penelitian berjudul “Homeschooling dan Radikalisme: Menakar Ketahanan dan Kerentanan”, menganalisis kualitas kewarganegaraan anak dalam keluarga yang menerapkan metode pendidikan homeschooling.

Hasil penelitian tim periset dari Pusat Pengkajian Islam dan Masyarakat (PPIM) UIN Syarif Hidayatullah Jakarta tersebut menyimpulkan praktik sekolah rumah dinilai cukup rentan terhadap bertumbuhnya paham radikalisme dan intoleransi.

Sebagaimana disampaikan oleh koordinator peneliti PPIM UIN Jakarta Arif Subhan, akhir November lalu, penelitian menghimpun data 56 sampel homeschooling yang tersebar di kawasan Jakarta, Bogor, Depok, Tangerang, Bekasi (Jabodetabek), Bandung, Solo, Surabaya, Makassar, dan Padang. Dari hasil wawancara dan observasi, diketahui sejumlah homeschooling terpapar ideologi keagamaan radikal.

Hal ini terindikasi dari sikap menolak memberi ucapan selamat hari besar agama lain, pembatasan interaksi sosial, dan menginginkan pemurnian melalui penerapan hukum agama dalam bingkai negara agama.