EU Social DigiThon 2021: Promosikan teknologi tangkal perundungan digital

Sepanjang 2021 lebih dari 45% pelajar berusia di bawah 15 tahun di Indonesia pernah mengalami perundungan digital.

Ilustrasi. Foto Pixabay.

Center for Digital Society (CfDS) dan Center for Lifespan and Development (CLSD) Universitas Gadjah Mada (UGM) dalam penelitiannya pernah menemukan sepanjang 2021 lebih dari 45% pelajar berusia di bawah 15 tahun di Indonesia pernah mengalami perundungan digital.

Penelitian ini dilakukan terhadap 3.077 pelajar Sekolah Menengah Pertama (SMP) dan Sekolah Menengah Atas (SMA) di 34 provinsi. Media sosial yang diamati adalah Instagram dan Facebook, ditambah dengan aplikasi perpesanan WhatsApp.

Melihat maraknya fenomena cyberbullying atau perundungan digital sekelompok anak muda yang tergabung dalam Bully.id menggagas sebuah share platform, di mana setiap anak bisa melaporkan perundungan digital yang dialaminya dalam ruang yang bebas dan aman. Untuk menjalankan share platform, Bully.id menggandeng kerja sama dengan sekolah-sekolah. Para siswa dari sekolah tersebut akan mendapatkan kode akses untuk melaporkan perundungan yang pernah mereka alami. Untuk menjamin kerahasiaan identitas pelapor, platform bahkan menyediakan akses anonimitas. Selanjutnya, siswa akan diarahkan untuk melakukan healing melalui sistem atas perundungan yang dia alami.

Share platform adalah karya yang berhasil memenangi EU Social DigiThon 2021, kompetisi inovasi teknologi tahunan sebagai jawaban atas permasalahan yang dihadapi sehari-hari. Pengumuman pemenang dilaksanakan secara daring, Sabtu (20/11). Tahun ini EU Social DigiThon mencanangkan kompetisi untuk mengatasi perundungan digital di kalangan pelajar. Anggota tim Bully.id, Rima, menyebutkan karyanya terinspirasi dari meningkatnya online abuse dan social harrasment selama masa pandemi Covid-19. Timnya kemudian berusaha mencari solusi agar para korban yang lebih sering diam memiliki wadah bersuara tanpa takut dan trauma.

Selain share platform yang didapuk sebagai pemenang pertama, ada pula Gotcha yang menciptakan aplikasi bagi orang tua yang dapat terhubung dengan website yang tengah diakses sang anak. Dengan demikian, orang tua akan selalu bisa mengawasi apabila anak-anak mereka menjadi korban perundungan digital. Gotcha menadi pemenang kedua dari kompetisi ini. Kemudian juara ketiga diraih oleh Kincir dengan karya browser extension untuk menyensor konten berbahaya; dan tim SRG dengan KindBoard, filter keyboard yang memeriksa cyberbullying di semua platform.