Suram masa depan keretek di balik suksesnya Gadis Kretek

Industri rokok keretek pernah sangat semarak sejak masa kolonial. Kini, pelan-pelan tergerus kebijakan pemerintah.

Seorang perempuan melinting rokok di pabrik rokok keretek pada 1951./Foto buku Know Indonesia... Know Your Friend (1951)/commons.wikimedia.org

Serial Gadis Kretek, berhasil masuk daftar global Netflix top 10. Dalam periode 6-12 November 2023, serial yang terdiri dari lima episode ini duduk di peringkat 10 di daftar TV non-Inggris dan telah ditonton lebih dari 1,6 juta jam dalam sepekan. Di Indonesia, serial yang diangkat dari novel Ratih Kumala berjudul sama itu bertengger di peringkat satu.

Di luar Indonesia, serial yang dibintangi Dian Sastrowardoyo, Ario Bayu, Sha Inde Febriyanti, Arya Saloka, Putri Marino, dan pemain-pemain terkenal lainnya itu juga sukses. Di Malaysia, Gadis Kretek menempati peringkat ke-5.

Bahkan, serial yang disutradarai Kamila Andini dan Ifa Isfansyah tersebut muncul dalam daftar negara-negara baru di Amerika Selatan dan Eropa, seperti di Chili peringkat ke-7, Romania peringkat ke-8, Meksiko peringkat ke-9, dan Venezuela peringkat ke-9.

Gadis Kretek berkisah tentang kisah cinta antara buruh dan majikan pabrik keretek di Kota M yang mengundang konflik dan misteri. Berlatar maju-mundur, tahun 1960-an dan 1990-an. Pemeran utamanya, Dasiyah atau Jeng Yah (Dian Sastrowardoyo) adalah putri seorang pemilik pabrik keretek Merdeka, Idroes Moeria (Rukman Rosadi) yang punya saingan dengan pemlik pabrik keretek Proklamasi, Soedjagad (Verdi Solaiman).

Dasiyah digambarkan sebagai perempuan berdaya, yang punya bakat meracik saus keretek paling nikmat. Gadis Kretek mengangkat pula kerasnya persaingan industri rokok kretek pada 1960-an. Ironis, di balik kesuksesannya, industri keretek saat ini bisa dikatakan tengah sekarat.