Suzzanna: Bernapas dalam Kubur, matinya kritik kekuasaan

Kritik terhadap kesewenang-wenangan seakan hilang di film Suzzanna: Bernapas dalam Kubur.

Suzzanna: Bernapas dalam Kubur digarap dua sutradara Rocky Soraya dan Anggy Umbara. /www.imdb.com.

Penggemar film horor, terutama yang ingin bernostalgia dengan ratu horor Suzzanna Martha Frederika van Osch—yang populer dengan nama Suzzanna—tentu menunggu penayangan film Suzzanna: Bernapas dalam Kubur. Film garapan sutradara Rocky Soraya dan Anggy Umbara ini ternyata mencatatkan rekor penayangan perdana film horor Indonesia.

Di hari pertama penayangannya, 15 November 2018, film produksi Soraya Intercine Films sudah ditonton lebih dari 200 ribu orang. Suzzanna: Bernapas dalam Kubur bukanlah remake film-film Suzzanna sebelumnya. Meski begitu, di film ini, sangat terasa napas film-film horor yang dibintangi Suzzanna.

Dendam sundal bolong

Judul film ini mengingatkan saya pada judul film Suzzanna Bernapas dalam Lumpur (1970) dan Beranak dalam Kubur (1971). Namun, kisah filmnya mengingatkan saya pada film Sundel Bolong (1981) dan Malam Satu Suro (1988).

Kisah film berlatar tahun 1989. Suzzanna (Luna Maya) dan Satria (Herjunot Ali) merupakan pasangan yang merindukan kehadiran seorang anak, setelah lama menikah. Satria gembira bukan main kala tahu Suzzanna hamil.