Berdansa dengan corona 

Tempat hiburan malam potensial jadi klaster-klaster baru penyebaran virus Covid-19.

Ilustrasi lantai dansa kelab malam. Alinea.id/Dwi Setiawan

Di sejumlah negara, keputusan pemerintah membuka tempat-tempat pelesiran dan hiburan malam pada masa pandemi Covid-19 harus dibayar  mahal. Dalam berbagai kasus, kemunculan klaster hiburan malam bahkan "memakan korban" puluhan hingga ratusan orang. 

Di Korea Selatan, misalnya, ratusan orang dinyatakan positif Covid-19. Mereka tertular Covid-19 dari klaster kelab malam di kawasan Itaewon, pusat kota Seoul, sejak Mei. Karena klaster tersebut, Negeri Gingseng itu kini bahkan dilanda gelombang pandemi Covid-19. 

Di Swiss, klaster penularan Covid-19 dari tempat hiburan malam juga muncul. Akhir Juni lalu, seorang pengunjung klub Flaminggo dinyatakan positif Covid-19. Setelah dites, lima rekannya juga ternyata positif Covid-19. Sebanyak 300 pengunjung klub itu kini diperintahkan mengisolasi diri secara mandiri. 

Berkaca pada kasus di Korea Selatan (Korsel), epidemiolog Universitas Indonesia (UI) Syahrizal Syarief, bar dan kelab malam potensial jadi klaster baru penyebaran Covid-19 di Indonesia. Apalagi, sejumlah bar telah beroperasi kembali di Jakarta meskipun belum mendapat izin dari pemerintah. 

"Korsel ketika membuka tempat hiburan menemukan klaster baru dan langsung menutupnya. Kalau di Korea Selatan tamunya juga diperiksa. Semua ditelusuri dan kejar semua. Nah, kita apa sampai begitu? Kan enggak," ujarnya kepada Alinea.id, Senin (29/6).