Menonton nostalgia layar tancap

Sekitar 1970-an hingga awal 1990-an, layar tancap menjadi tontonan rakyat yang populer.

Warga melintas di area pemutaran film pengoperasian mobil bioskop keliling bantuan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan di Kota Kediri, Jawa Timur, Sabtu (22/12/2018) malam. /Antara Foto.

Di tengah gempuran era digital dan monopoli grup bioskop raksasa, tentu saja sekarang publik jarang menemukan layar tancap. Meski begitu, menurut Ketua Perusahaan Pertunjukan Film Keliling Indonesia (Perfiki) Sonny Pudjisasono, layar tancap masih terus eksis.

“(Layar tancap) hanya akan bergeser ke pinggiran, dari area perkotaan ke rural area,” kata Sonny ketika ditemui di gedung Pusat Perfilman Usmar Ismail, Jakarta Selatan, Rabu (23/1).

Menurutnya, animo masyarakat di berbagai daerah masih tinggi dalam menyambut pemutaran film keliling. Alasannya, kata Sonny, karena jaringan bioskop hanya tersebar di perkotaan, tidak sampai menjangkau daerah-daerah yang ada di pinggiran kota.

Dia mengaku rutin membuat pemutaran film tiap akhir pekan di daerah Tanah Tidung, Kalimantan Timur. Untuk pemutaran film di sana, menurutnya, masyarakat sangat antusias.

Gedung serba guna kecamatan yang biasa dia pakai untuk pemutaran film selalu sesak oleh warga. Paling tidak, ada 200 orang yang datang untuk menonton.