Nasib emiten konsumer di tengah kenaikan harga komoditas

Ketika harga pangan dunia mencapai rekor tertingginya sepanjang sejarah, harga saham emiten konsumer justru berguguran.

Ilustrasi Alinea.id/Debbie Alyuwandira.

Setidaknya ada kurang lebih 10 negara yang telah menyetop ekspor produk pangan dan pupuk mereka, demi bisa memenuhi kebutuhan di dalam negeri. Ukraina, Rusia, Turki, Argentina, Mesir, India, dan Malaysia menghentikan ekspor produk pangan mulai dari gandum hingga gula. Sementara Rusia, Cina, Vietnam, serta Kirgistan menyetok pasokan pupuknya untuk dunia.

“Padahal, dengan mulai meredanya pandemi, permintaan akan produk pertanian dan pangan ini sudah mulai normal lagi. Inilah yang kemudian juga menyebabkan harga pangan dunia masih akan terus naik sampai beberapa waktu ke depan,”  kata Direktur Eksekutif Center of Economic and Law Studies (CELIOS) Bhima Yudhistira kepada Alinea.id, Rabu (1/6).

Sebenarnya, bagi Indonesia kenaikan harga pangan dunia layaknya dua mata koin. Di satu sisi, tren kenaikan ini menyebabkan harga-harga pangan dan produk pertanian hingga pupuk di dalam negeri juga mengalami disrupsi.

Di sisi lain, sebagai salah satu negara penghasil sumber daya alam (SDA), kenaikan harga komoditas dapat meningkatkan ekspor nasional. Hal ini pada akhirnya mampu mengerek investasi, khususnya di sektor pertanian dan pertumbuhan ekonomi nasional.

“Ini terlihat juga dari penyaluran kredit di sektor pertanian yang mengalami kenaikan,” tuturnya.