Politik jalanan pengemudi ojol 

Total diperkirakan ada lebih dari 3 juta pengemudi ojol di seluruh Indonesia.

Pengemudi ojek online menggelar aksi unjuk rasa tak jauh dari Istana Negara. /Antara Foto

Komunitas pengemudi ojek online (ojol) aktif menjadi kelompok penekan sejak 2015. Utamanya, gabungan pengemudi ojol menggelar aksi protes terhadap kebijakan-kebijakan pemerintah yang merugikan mereka. 

Belakangan, tuntutan yang disuarakan pengemudi ojol kian beragam. Selain soal tarif dan legalitas, pengemudi ojol juga aktif menyuarakan tuntutan peningkatan kesejahteraan dan jaminan sosial. 

Total diperkirakan ada lebih dari 3 juta pengemudi ojol di seluruh Indonesia. Menurut guru besar psikologi politik Universitas Indonesia (UI) Hamdi Muluk, besarnya jumlah pengemudi ojol itulah yang membuat aktivisme politik ojol efektif.

"Ini kaitannya dengan teori political efficacy. Semakin banyak massanya semakin percaya diri mereka menjadi kelompok penekan. Meski itu sebenarnya juga tidak bagus buat demokrasi, karena terkesan ada distrust terhadap lembaga negara," ujarnya saat dihubungi Alinea.id, Kamis (31/10).

Menurut Hamdi, ojol bakal sangat 'sakti' jika kebijakan-kebijakan yang dikeluarkan pemerintah bersentuhan dengan kepentingan mereka. "Seperti tarif, perizinan, dan jaminan kerja. Saya kira kalau titik kesejahteraan itu disentuh, mereka akan demo besar-besaran," ujarnya.