Suriah, ajang pertarungan merebut hegemoni di Timur Tengah

Minyak bumi, tampaknya menjadi alasan utama negara-negara besar sedemikian memperhatikan Negara-negara di Timur Tengah.

F. Rahardi/dokumen pribadi

* Kolumnis

Partai yang berkuasa di Amerika Serikat (AS) saat ini, Partai Republik didukung pengusaha besar. Presiden AS sekarang, yakni Donald Trump, berasal dari Partai Republik, dan juga seorang pengusaha. Bagi pengusaha AS, Suriah bersama Iran adalah 'ganjalan' untuk menguasai perekonomian TimurTengah. 

Upaya telah dilakukan sejak George HW Bush menjabat sebagai Presiden AS untuk periode1989 –1993. George HW Bush yang juga berasal dari Partai Republik, sangat bernafsu melenyapkan Presiden Suriah Hafez al-Assad untuk periode1971 –2000. Tetapi Bush gagal melenyapkan Assad dengan berbagai cara. 

Setelah wafat pada 2000, Hafez al-Assad digantikan oleh puteranya, Bashar al-Assad. Awalnya AS berharap Bashar bisa lebih menjaga jarak dengan Rusia, dan memperbaiki hubungan dengan AS. Tetapi ternyata anak ini sama kerasnya dengan bapaknya. Maka AS, dengan sekutunya Israel dan Turki, secara diam-diam membantu pemberontak Suriah, untuk menggulingkan Bashar. 

Upaya ini tak mudah, sebab ternyata posisi Bashar di dalam negeri cukup kuat. Sementara dari luar, Bashar mendapat dukungan penuh dari Iran, dan tentu saja Rusia.