Cara organisasi berita menggunakan berita otomatis untuk meliput Covid-19

Dalam arti tertentu, Covid-19 bisa menjadi cerita yang sempurna untuk diotomatisasi.

ilustrasi. foto Pixabay

Ketika virus menyebar ke seluruh dunia, pemerintah dan otoritas kesehatan membuat sejumlah besar data sumber terbuka tersedia untuk umum.

Ini pandangan dari Samuel Danzon Chambaud, peneliti di Institut Media dan Jurnalisme Masa Depan di Dublin City University. Dia menyelidiki dampak jurnalisme otomatis pada praktisi media sebagai bagian dari proyek JOLT, yang didanai oleh program Marie Skłodowska-Curie Actions dari Uni Eropa. Pandangannya berlanjut, berikut:

Dalam arti tertentu, Covid-19 bisa menjadi cerita yang sempurna untuk diotomatisasi. Ketika virus menyebar ke seluruh dunia pada awal 2020, pemerintah dan otoritas kesehatan menyediakan sejumlah besar data sumber terbuka untuk publik, seperti jumlah kematian, pasien di unit perawatan intensif, dan tingkat kejadian tujuh hari.

Jenis data yang diatur dengan baik ini, yang dapat masuk ke dalam narasi yang dapat dibuat sebelumnya, meletakkan dasar bagi perkembangan jurnalistik baru-baru ini yang dikenal sebagai “jurnalisme otomatis,” sebuah proses komputasi yang menciptakan potongan berita otomatis tanpa campur tangan manusia, kecuali untuk pemrograman awal.

Jurnalisme otomatis umumnya menyiratkan penggunaan algoritme yang mengambil informasi pada kumpulan data eksternal atau internal, dan kemudian mengisi bagian yang kosong pada templat yang telah ditulis sebelumnya. Proses ini, yang dapat dibandingkan dengan permainan kata Mad Libs, merupakan aplikasi dasar dari Natural Language Generation (NLG), sebuah teknik komputer yang telah ada selama beberapa dekade di bidang-bidang seperti prakiraan cuaca, olahraga, dan hasil keuangan.