Elon Musk resmi jadi pemilik Twitter, konten toxic makin merajalela?

Twitter terkenal sebagai megafon bagi mantan presiden AS Donald Trump sebelum platform melarangnya,

Elon Musk saat isap ganja di siaran langsung The Joe Rogan Experience. Istimewa

Elon Musk, orang terkaya di dunia, mencapai kesepakatan pada hari Senin untuk membeli Twitter seharga US$44 miliar atau sekitar Rp635 miliar. Pakar khawatir Twitter semakin jadi ladang konten disinformasi dan menyebarkan gelombang toksisitas.

Twitter terkenal sebagai megafon bagi mantan presiden AS Donald Trump sebelum platform melarangnya, dan Musk - yang memproklamirkan diri sebagai "absolutis kebebasan berbicara" - mengatakan dia ingin mereformasi apa yang dia lihat sebagai moderasi konten platform yang terlalu bersemangat.

"Kebebasan berbicara adalah landasan dari demokrasi yang berfungsi, dan Twitter adalah alun-alun kota digital di mana hal-hal penting bagi masa depan umat manusia diperdebatkan," kata Musk dalam sebuah pernyataan yang dirilis oleh Twitter.

"Saya juga ingin membuat Twitter lebih baik dari sebelumnya dengan meningkatkan produk dengan fitur-fitur baru, membuat algoritme open source untuk meningkatkan kepercayaan, mengalahkan bot spam, dan mengautentikasi semua manusia."

Namun kelompok advokasi mewaspadai jenis konten yang mungkin diizinkan Musk di platform, dan Derrick Johnson, presiden organisasi hak-hak sipil NAACP, mentweet, "Jangan izinkan Twitter menjadi cawan petri untuk ujaran kebencian, informasi yang salah, atau disinformasi. Melindungi demokrasi kita adalah yang paling penting."