Kepentingan pemilik media jadi belenggu karya wartawan

Sekitar 92,6% sumber hoaks ada di media sosial. Di saat bersamaan, wartawan justru terbelenggu kepentingan pemilik media.

Ilustrasi berita/Pixabay.com

Direktur Jenderal Komunikasi dan Informasi Publik Kementerian Komunikasi dan Informatika Rosarita Niken Widiastuti memaparkan sekitar 92,6% sumber hoaks berasal dari media sosial (medsos). Dia menilai, kebebasan pers di medsos dimanfaatkan orang untuk tujuan-tujuan tertentu dan terkesan tanpa aturan.

Sedangkan setiap orang, kini terkoneksi dengan gadget atau media sosial hampir sembilan jam dalam sehari. "Pekerjaan pokoknya melihat gadget, yang lainnya adalah sampingan," jelas Rosarita seperti dikutip dari Antara, Jumat (9/2).

Ironisnya, minat baca di Indonesia sangat rendah dan menduduki ranking 60 dari 61 negara. Rosarita menambakan, setiap orang Indonesia hanya membaca 27 lembar buku pertahun. Jika dirata-rata, per bulan hanya sekitar dua lembar buku yang dibuka tiap orang di bumi pertiwi.

"Sehingga dapat dipertanyakan informasi seperti apa yang tersebar dan beredar di media sosial itu," jelasnya.

Sementara kepentingan pemilik media menjadi hambatan bagi wartawan dalam mengekspresikan profesonalismenya. Apalagi, pemilik yang terafiliasi dengan kepentingan politik tertentu, juga menambah tekanan bagi kebebasan profesi jurnalis.