Ajal menjemput dari biskuit maut

Agustus hingga Oktober 1989, dilaporkan korban-korban berjatuhan karena biskuit beracun.

Ilustrasi biskuit. Alinea.id/MT Fadillah via Pixabay

Selasa pagi, 19 September 1989, awalnya kehidupan seperti biasa di rumah Ugi yang terletak di Kampung Senkol, Desa Setu, Serpong. Pagi buta, Ugi sudah berangkat ke pasar. Di rumah, anaknya, Mustopha yang baru berusia tujuh bulan, dijaga sang nenek.

Tiba-tiba, Mustopha merengek. Neneknya berpikir, Mustopha lapar. Kasihan melihat sang cucu, neneknya lantas bergegas ke warung dekat rumah, membeli biskuit.

Biskuit itu disantap Mustopha. Belasan detik kemudian, malapetaka terjadi. Sang cucu muntah-muntah, membuat neneknya panik.

Tetangga lalu sigap membawa Mustopha kecil ke klinik Puspitek Serpong. Namun, karena peralatan kurang, Mustopha dibawa ke Rumah Sakit Umum (RSU) Tangerang. Tapi terlambat. Dalam perjalanan, Mustopha meregang nyawa.

Dalam temuan Kompas, Mustopha adalah bayi kedua yang meninggal dunia karena keracunan biskuit, selama sepekan itu.