Aktivitas Merapi: Deformasi masih fluktuatif

Masyarakat sekitar Gunung Merapi diminta untuk mulai mengamankan barang-barang serta surat berharga lainnya.

Asap solfatara keluar dari puncak Gunung Merapi terlihat dari pos pengamatan Kali Tengah, Glagaharjo, Cangkringan, Sleman, DI Yogyakarta, Minggu (29/3/2020).Foto Antara/Hendra Nurdiyansyah/pras.

Analisis morfologi area puncak Gunung Merapi berdasarkan foto di sektor Tenggara, dari 29 November terhadap 26 November 2020 tidak menunjukkan adanya perubahan area puncak. Sementara dari sektor Barat laut profil topografi puncak, terutama pada sekitar Lava1948 dan Lava1888 sedikit berubah karena aktivitas guguran yang terjadi.

Kepala BPPTKG Hanik Humaida mengatakan, perubahan bentuk pada permukaan tubuh atau deformasi Gunung Merapi menunjukkan sedikit penurunan, namun secara umum masih fluktuatif di nilai yang tinggi. Selain itu, Hanik juga membeberkan data morfologi puncak Gunung Merapi yang telah mengalami perubahan.

“Kalau kita lihat dari sisi Tenggara, tidak terjadi perubahan pada morfologi. Namun, untuk di sisi Barat, telah terjadi perubahan pada morfologi terutama di kawah 48 dan kawah 88 yang disebabkan oleh adanya runtuhan dan guguran-guguran yang terjadi,” ungkapnya saat memberikan keterangan pers, Jumat (4/12).

Hanik menambahkan, terbentuknya rekahan-rekahan di dalam tebing kawah yang kondisinya semakin melebar, menyebabkan terjadinya perubahan morfologi akibat intensifnya guguran. Ia pun memprediksi arah guguran lava dominan ke arah Kali Senowo, Kali Lamat, dan Kali Gendol. Dengan jarak maksimal 3 kilometer ke arah Kali Lamat.

Tak lupa Hanik mengimbau masyarakat setempat untuk tidak melakukan aktivitas penambangan di alur-alur sungai yang berhulu di Gunung Merapi, tidak berwisata, dan tidak melakukan aktivitas pendakian dalam KRB III.