Alasan ngotot mudik: Kampung halaman lebih menjamin

Pemudik akan kesulitan ekonomi jika bertahan hidup di ibu kota

Petugas Gugus Tugas Covid-19 melakukan pendataan pengendara kendaraan bermotor di Perbatasan Tasikmalaya-Ciamis, Jembatan Cirahong, Kabupaten Ciamis Jawa Barat, Jumat (10/4/2020)/Foto Antara/Adeng Bustomi.

Pelarangan mudik dinilai kurang efektif karena kuatnya faktor perbandingan risiko, nilai budaya, dan solidaritas sosial.

Pelarangan mudik akan terganjal pertimbangan kesulitan ekonomi jika bertahan hidup di ibu kota. Sementara, pulang kampung dianggap lebih menjamin.

“Mereka membandingkan banyak hal. Mereka melihat masih banyak yang pulang dan aman-aman saja. Mereka berani menghadapi risiko. (Sebagai perantau) sudah paham bahwa hidup penuh risiko. Jadi, pulang menjadi tidak masalah” ucapnya, saat dihubungi, Kamis (23/4).

Di sisi lain, para perantau memaksakan tetap mudik karena sangat berorientasi nilai yang sudah tertanam. Dari nilai kepatuhan terhadap orang tua hingga etos keagamaan.

Jika tidak mudik, lanjut dia, para perantau juga bakal tersiksa kenyamanan batinnya karena dorongan ikatan solidaritas sosial, keluarga, hingga relasi pertemanan di kampung halamannya.