'Anak muda Papua akan melawan kalau direpresi terus'

Menurut Mike, anak muda Papua generasi 1990-an beranggapan rasisme dan ketidakadilan telah menjadi makanan sehari-hari.

Diskusi bertajuk Mencari Alternatif bagi Penyelesaian Konflik dan Ketidakadilan di kawasan Menteng, Jakarta Pusat, Sabtu (7/9). Alinea.id/Manda Firmansyah.

Pengacara Aliansi Mahasiswa Papua Mike Himan mengungkapkan, antara pemerintah Indonesia, orang tua, dan anak muda Papua mempunyai sejarah yang berbeda. Oleh karenanya, pemahaman yang terbentuk pun berbeda.

Menurutnya, anak muda generasi 1990-an beranggapan rasisme dan ketidakadilan telah menjadi makanan sehari-hari. Dengan demikian, anak muda yang lahir di tengah pusaran konflik dan kemelut kejahatan kemanusiaan sangat berani bersuara di Jakarta.

Bahkan, pasal makar malah memantik keberanian anak muda Papua untuk lantang bersuara. Oleh karena itu, ia menyarankan aparat penegak hukum dan pemerintah Indonesia untuk menghentikan tindakan represif terhadap mereka.

"Itu curhatan kawan-kawan terhadap saya. Harusnya (mereka) diperlakukan semestinya. Apabila direpresi terus, mereka akan terus melawan, tidak takut karena lahir dan terbiasa dengan konflik," ujar Mike dalam diskusi bertajuk “Mencari Alternatif bagi Penyelesaian Konflik dan Ketidakadilan” di kawasan Menteng, Jakarta Pusat, Sabtu (7/9).

Sementara itu, koordinator Jaringan Damai Papua Andriana Elizabeth mengajak anak muda Papua agar mau berdialog. Ia mengimbau anak muda Papua untuk berinisiatif membicarakan keinginan mereka. Andriana mengatakan, pemerintah Indonesia masih bisa diberitahu akar masalah ketidakadilan di Papua.