Akademisi: Angka kematian nakes tinggi karena tes Covid-19 buruk

IDI mencatat, 100 dokter meninggal dunia hingga akhir Agustus 2020 saat menangani Covid-19.

Petugas menggunakan APD lengkap saat proses pemakaman pasien Covid-19. Foto Antara/Iggoy el Fitra

Kepala Laboratorium Diagnostik dan Riset Terpadu Penyakit Infeksi Fakultas Kedokteran Universitas Andalas (Unand), Andani Eka Putra, menilai, tingginya angka kematian tenaga kesehatan (nakes) imbas buruknya pengujian (testing) coronavirus baru (Covid-19). Karenanya, langkah itu berperan penting dalam penanganan pandemi.

Dirinya juga menyebut, tingginya kasus Covid-19 pada suatu negara dalam tempo singkat tidak berarti buruk. Justru membuat penanganan lebih cepat dan efisien lantaran memudahkan mendeteksi orang-orang yang berpotensi terpapar.

"Karena mereka cepat melakukan testing, mereka juga cepat dalam bertindak," ujarnya dalam webinar, Kamis (3/9) malam.

Kasus positif Covid-19 di Indonesia yang dikonfirmasi pemerintah menembus 100.000 pada 27 Juli 2020 atau 147 hari sejak kali pertama diumumkan, 2 Maret. Sedangkan sampai 3 September, pukul 12.00 WIB, jumlah pasien terkonfirmasi mencapai 184.268 jiwa–sebesar 7.750 pasien di antaranya meninggal dunia.

Sementara itu, Kementerian Kesehatan (Kemenkes) mencatat, 1.353.291 orang telah mengikuti tes usap (swab test) secara polymerase chain reaction (PCR) dan tes cepat molekuler (TCM) per 3 September, pukul 12.00 WIB. Sebanyak 31.782 jiwa di antaranya peserta TCM. Sehingga, tingkat kasus positif (positivity rate) nasional sebesar 13,6%.