Anies: Tangani Covid-19 jangan kosmetik, kerja otentik

Gubernur Jakarta Anies Baswedan mengklaim organisasi penanganan Covid-19 di DKI terbangun sejak awal pandemi datang.

Gubernur Provinsi DKI Jakarta Anies Baswedan, meninjau kesiapan Tempat Pemakaman Umum (TPU) khusus jenazah yang terpapar Covid-19 di Rorotan, Jakarta Utara, pada Rabu (23/6). Foto humas Pemprov DKI.

Gubernur Jakarta Anies Baswedan mengklaim organisasi penanganan Covid-19 di DKI terbangun sejak awal pandemi datang pada Maret 2020. Ia menyampaikan, butuh kerja otentik menangani Covid-19, bukan sekadar 'gincu' atau kosmetik.

"Begitu tanggal 19 Maret wabah ini ditetapkan sebagai pandemi. Maka pada saat itu maka kita semua langsung bilang ini panjang. Kalau epidemic kita masih merasakan. Flu Burung itu kita pernah. Begitu jadi pandemic, pandemic terakhir itu seratus tahun lalu, dan durasinya rata-rata dua tahun lebih. Berbagai tempat beda-beda masanya," ujarnya dalam diskusi digelar Partai Gelora bertajuk "Peran Masjid di Tengah Pandemi Covid-19", disiarkan secara virtual, Minggu (22/8).

Begitu mendengar ini dideklarasikan sebagai pandemik, lanjut Anies, ia merespons dengan membuat sistem yang rapi. "Manajemen yang benar untuk penanganan, karena ini bukan sesuatu yang selesai minggu depan bulan depan. Ujungnya belum kelihatan di bulan Maret tahun lalu," bebernya.

Pihaknya, jelas Anies, juga memperkuat organisasi  puskesmas, juga koordinasi antara puskesmas dengan rumah sakit daerah. "Majemen distribusi, manajemen informasi, pengelolaan data itu dibangun, sehingga kita membuat yang namanya corona.jakarta.id," tuturnya.

"Sehingga 332 puskesmas di Jakarta semuanya terkoordinasi untuk kita bisa membagikan kebutuhan dan mengetahui di lapangan situasinya seperti apa," ungkapnya.