Antisipasi banjir, Anies: Bisa dikendalikan, ini bukan gempa bumi

Anies sesumbar banjir di Jakarta dapat surut dalam tempo 6 jam. Apa pun kondisinya.

Banjir di Jakarta, 25 Februari 2020. Foto Antara/Fakhri Hermansyah

Gubernur DKI Jakarta, Anies Baswedan, meminta jajarannya mengantisipasi potensi banjir yang disebabkan curah hujan ekstrem dan La Nina. Diyakininya bah dapat dikendalikan jika anak buahnya tidak menganggap bencana terberi.

“Kalau gempa bumi itu di luar kendali manusia, tetapi kalau air hujan itu dalam kendali manusia. Karena itu, setiap kita melewati satu fase gelombang baru, apakah curah hujan yang ekstrem, apakah kiriman air yang ekstrem, harus ada perbaikan yang diidentifikasi,” ucapnya dalam webinar, Jumat (29/10).

Pemerintah Provinsi (Pemprov) Jakarta, terang Anies, membagi operasi penanganan banjir berdasarkan teritori. Pertama, front pesisir pantai yang umumnya terjadi peningkataan permukaan air laut dan permukaan tanahnya lebih rendah daripada ketinggian air laut. Ditanggulangi dengan menyiapkan tanggul pantai.

Kedua, front sungaisungai yang mengalir dari kawasan pegunungan diantisipasi dengan membangun waduk. Terakhir, front dalam kota yang dimitigasi dengan sistem drainase.

Ambang batas sistem drainase di jalan-jalan raya utama di Jakarta adalah curah hujan 100 mm. Adapun ambang batas sistem drainase di kawasan bukan jalan raya utama adalah curah hujan 50 mm. 
Jika curah hujan di bawah 100 mm di jalan-jalan raya utama atau 50 mm di kawasan bukan jalan raya utama, Anies meminta jajarannya memastikan tidak boleh ada banjir. Namun, apabila di atasnya, banjir mesti dipastikan surut dalam 6 jam. “Harus bisa," katanya.