Ba'asyir diprediksi tidak akan jadi oposisi pemerintah

Pemerintah perlu merespon secara normatif agar Ba'asyir tidak dianggap pengkhianat oleh kelompok teroris JI.

Abu Bakar Ba'asyir menunjukkan buku Pembelaannya seusai sidang dengan agenda membacakan pembelaannya (pledoi) di Pengadilan Negeri Jakarta Selatan, Jakarta, Rabu (25/5/2019) Foto Antara/Reno Esnir

Pengamat teroris dari Universitas Padjajaran, Muradi memprediksi, mantan terpidana kasus Terorisme, Abu Bakar Ba'asyir mempunyai dua agenda politik pasca bebas dari murni pada hari ini. Setelah menjalani masa pidana 15 tahun dikurangi remisi sebanyak 55 bulan.

Pertama, pendiri Pondok Pesantren Al-Mukmin Ngruki, Sokoharjo, Jawa Tengah (Jateng), bakal dipilih menjadi simbol pemersatu oleh kelompok teroris Jemaah Islamiyah (JI).

"Nah, kalaupun dia (JI) memposisikan Abu Bakar Baasyir sebagai simbol dari pemersatu, kan ada beberapa faksi nih yang New JI juga, maka ini menjadi pekerjaan serius buat teman-teman Densus 88 Mabes Polri dan pemerintah," kata Muradi, saat dihubungi, Jumat (8/1).

Kedua, Abu Bakar Ba'asyir diprediksi bakal kooperatif dengan pemerintah. Kemungkinan terburuk, Ba'asyir bakal menjadi simbol perlawanan kelompok JI bila memilih ini. Namun, Muradi condong meyakini, Ba'asyir akan bersikap kooperatif dengan pemerintah.

"Kan, Abu Bakar Baasyir sudah tidak lagi responsif ya, sudah sepuh juga. Maka yang kemungkinan muncul adalah anak-anaknya ingin bapaknya hidup normal ya, maka kemudian saya melihat sih yang kedua, dia akan menutup diri, tidak lagi berinteraksi dengan generasi JI yang baru. Prediksi saya seperti itu," tutur Muradi.