Belajar dari penanganan Covid-19, Menkes ingin perbaiki data TBC

Upaya penurunan prevalensi TBC akan dilakukan dengan memperbaiki data dan infrastrukturnya.

Perawat mengecek infus pasien Tuberkulosis (TBC) yang sedang dirawat di RSUD Doris Sylvanus, Palangkaraya, Kalimantan Tengah, Jumat (13/3/2020). Foto Antara/Makna Zaezar/pd

Kementerian Kesehatan (Kemenkes) melaporkan, 316 per 100.000 penduduk Indonesia terinfeksi tuberculosis (TBC) pada 2019. Indonesia sendiri telah menargetkan penurunan prevalensi TBC hingga 65 per 100.000 penduduk Indonesia pada 2030. Sementara pada 2020, penemuan TBC menurun sangat drastis. Kemenkes memperkirakan hal itu disebabkan orang takut terpapar Covid-19 ketika berkunjung ke fasilitas pelayanan kesehatan.

Menteri Kesehatan (Menkes) Budi Gunadi Sadikin mengatakan, upaya penurunan prevalensi TBC akan dilakukan dengan memperbaiki data dan infrastrukturnya. Selain itu, penanganan TBC dengan tindakan promotif dan preventif (pencegahan), jauh lebih murah dibandingkan dengan kuratif (pengobatan).

Di sisi lain, dampak tindakan promotif dan preventif jauh lebih masif dibandingkan kuratif.

“Kami di Kemenkes akan mencoba langkah-langkah yang lebih agresif dalam menurunkan TBC ini. Mulai dari kualitas data dan digitalisasi laporan yang lebih baik. Covid-19 mendidik kita dalam masalah data ini,” ucapnya dalam keterangan pers virtual, Rabu (24/3).

Berkaca dari penanganan Covid-19, pengumpulan data kasus TBC harus rapi. Semua laporan dari laboratorium, rumah sakit, puskesmas, hingga klinik swasta harus dimasukkan. Sebab, data informasi yang lengkap membantu pengambilan keputusan dan perumusan kebijakan yang tepat.