BMKG ingatkan ancaman gagal panen dan karhutla

Ardhasena mengingatkan semua pihak untuk menghemat penggunaan air di dalam maupun di luar rumah.

Ilustrasi: Pixabay

Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) mengingatkan adanya ancaman gagal panen pada lahan pertanian tadah hujan imbas El Nino dan Indian Ocean Dipole (IOD) positif yang berbuah kekeringan. Ini berpotensi mengganggu ketahanan pangan nasional.

Kepala BMKG Dwikorita Karnawati mengingatkan pemerintah daerah untuk melakukan aksi mitigasi dan aksi kesiapsiagaan segera. "Lahan pertanian berisiko mengalami puso alias gagal panen akibat kekurangan pasokan air saat fase pertumbuhan tanaman," ungkap Dwikorita lewat siaran pers BMKG, Senin (24/7).

Di sektor perikanan, kata mantan Rektor UGM Yogyakarta itu, perubahan suhu laut dan pola arus selama El Nino dan IOD positif yang mendingin biasanya justru berpotensi meningkatkan tangkapan ikan. Peluang dari kondisi ini harus dimanfaatkan karena dapat mendukung ketahanan pangan nasional.

Dwikorita menyebut, fenomena El Nino dan IOD Positif saling menguatkan sehingga membuat musim kemarau tahun ini dapat menjadi lebih kering dan curah hujan pada kategori rendah hingga sangat rendah. Jika biasanya curah hujan berkisar 20 mm per hari, pada kemarau ini angka itu menjadi sebulan sekali atau bahkan tidak ada hujan sama sekali.

Puncak kemarau kering, kata dia, diprediksi terjadi pada Agustus hingga awal September dengan kondisi akan jauh lebih kering dibandingkan tahun 2020, 2021, dan 2022. Berdasarkan pengamatan BMKG, indeks El Nino pada Juli ini mencapai 1,01 dengan level moderat. Sementara IOD sudah memasuki level indeks yang positif.