Prakiraan cuaca BMKG tak deteksi badai dahsyat pada 27 Desember-2 Januari

Ada empat dinamika atmosfer yang memicu peningkatan cuaca ekstrem di Indonesia.

Ilustrasi badai dahsyat. Freepik

Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) membantah prediksi Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) soal potensi badai dahsyat menerjang Jabodetabek pada Rabu (28/12). Pangkalnya, dalam prakiraan cuaca periode 27 Desember 2022-2 Januari 2023, hanya diprakirakan terjadi hujan sedang-lebat, awan cumulonimbus, gelombang laut, dan banjir rob.

Melansir situs web BMKG, setidaknya ada empat dinamika atmosfer terkini yang memicu peningkatan cuaca ekstrem. Pertama, monsun Asia.

BMKG menganalisis, aktivitas monsun Asia signifikan dalam beberapa hari terakhir dengan potensi dapat disertai adanya seruakan dingin dan fenomena aliran lintas ekuator yang dapat meningkatkan pertumbuhan awan hujan secara signifikan di barat, tengah, dan selatan Indonesia.

Kedua, adanya indikasi pembentukan pusat tekanan rendah di sekitar Australia, yang dapat memicu terbentuknya pola pumpunan dan perlambatan angin di sekitar selatan ekuator Indonesia. Imbasnya, dapat berpotensi memicu awan hujan dan angin kencang di sekitar Sumatra, Jawa, hingga Nusa Tenggara serta gelombang tinggi di perairan Tanah Air.

Ketiga, bibit siklon tropis 95W tumbuh di Samudra Pasifik sebelah utara Papua Barat dengan kecepatan angin maksimum 15 knot dan tekanan terendah 1.008 mb. Namun, merujuk model prediksi numerik, sistem ini bergerak ke arah barat-barat laut menjauhi Indonesia. Potensi tumbuh menjadi siklon tropis dalam 24 jam ke depan juga tergolong rendah.