Cerita mereka yang merajut mimpi di sekolah paket

Sekolah paket jadi solusi untuk mereka yang terpaksa putus sekolah karena kondisi perekonomian keluarga dan persoalan domestik lainnya.

Ilustrasi kegiatan belajar mengajar di sekolah paket. /Foto Antara

Muhammad Kurniawan dan Rizki Maulana baru saja tuntas menggarap lahan kacang panjang di area Pondok Pesantren Assyariifiyyah di Desa Pingku, Kecamatan Parung Panjang, Kabupaten Bogor, Jawa Barat, Minggu (6/11) siang itu. Selain menimba ilmu agama, bertani jadi aktivitas sehari-hari kedua pemuda itu sejak tinggal di pesantren. 

Tanah yang mereka garap kebanyakan masih kepunyaan kobong, sebutan untuk pondok pesantren dalam kebudayaan Sunda. Namun, ada juga lahan milik warga yang mereka manfaatkan sebagai kebun. Selain kacang panjang, Rizky dan kawan-kawan juga menanam timun, cabai, dan kangkung. 

"Meskipun (tanah) punya pribadi (warga), tapi (kita sudah) minta izin (sama yang punya). Daripada liar jadi hutan,” ucap Rizki saat berbincang dengan Alinea.id di area pesantren. Mengenakan kopiah beremblem The Beatles, Wawan, sapaan akrab Kurniawan, duduk di sebelahnya. 

Selain untuk kebutuhan sehari-hari, menurut Rizky, hasil bumi biasanya dijual di Pasar Parung Panjang. Mentimun dibanderol Rp7.000-Rp8.000 per kilogram. Harga kacang panjang sempat berada di kisaran Rp10.000 per kilogram. 

"Makin ke sini, makin turun harganya (kacang panjang). Setiap kirim (ke pasar, harganya) turun. Sekarang sudah sampai ke Rp5.000 sekilo kacang panjang itu," ucap pemuda berusia 21 tahun itu.