Cerita warga Kota Serang sulit keluar dari kebiasaan BAB di kebun

Hingga 2020 masih ada sekitar 29.753 Kepala Keluarga (KK) yang masih membuang air besar ke kebun dan sungai di Kota Serang.

Nenek Aminah (tengah), warga lingkungan Pasir Asem, Kelurahan Tembong, Kecamatan Cipocok Jaya, Kota Serang, memilih membuang hajat atau BAB di kebun orang karena tidak memiliki jamban di rumah.Alinea.id/Khaerul Anwar

Meski berstatus sebagai Ibu Kota Provinsi Banten, Kota Serang memiliki garis kemiskinan cukup tinggi di Banten. Berdasarkan data Kepala Badan Pusat Statistik (BPS) Provinsi Banten pada periode Maret hingga September 2019, jumlah penduduk miskin di Kota Serang mencapai 5,40%.

Angka kemiskinan yang tinggi tersebut membuat Kota Serang memiliki beberapa persoalan sosial di masyarakat, salah satunya kebiasaan Buang Air Besar (BAB) di kebun atau kerap disebut dolbon.

Nenek Aminah (70) misalnya, warga lingkungan Pasir Asem, Kelurahan Tembong, Kecamatan Cipocok Jaya, Kota Serang. Dia memilih membuang hajat atau BAB di kebun orang karena tidak memiliki jamban di rumah. Jangankan untuk membuat toilet, untuk makan sehari-hari pun dia masih mengharapkan uluran tangan dari tetangga.

Nenek Aminah tinggal seorang diri setelah ditinggal suami meninggal dunia beberapa tahun lalu dan tidak memiliki anak. Rumahnya cukup memprihatinkan dan tidak layak huni. 

"Buang air ning alas (di kebun), tanah uwong (tanah orang) ora ana wc (karena tak ada wc)," kata Aminah kepada wartawan, Kamis (13/2).