Covid-19: Krisis pakan di kebun satwa

Mayoritas kebun binatang tak bisa memenuhi kebutuhan pakan satwa karena pandemi Covid-19.

Mayoritas kebun binatang tak mampu memenuhi kebutuhan pakan satwa. Alinea.id/Dwi Setiawan

Pandemi Covid-19 mulai mengintai kebun binatang-kebun binatang di Indonesia. Tak lagi punya pemasukan karena pemberlakuan pembatasan sosial berskala besar (PSBB), mayoritas kebun binatang kolaps. Terkecuali yang berada di bawah naungan pemerintah daerah, hampir semua kebun binatang mengalami krisis pakan. 

Menurut survei Perkumpulan Kebun Binatang Seluruh Indonesia (PKBSI) April lalu, 92% kebun binatang hanya mampu menyediakan pakan selama 1 bulan. Dari 56 anggota PKBSI, hanya dua kebun binatang yang punya stok pakan hingga tiga bulan ke depan. 

Situasi krisis pakan ini, misalnya, dialami Taman Safari Indonesia (TSI) di Bogor, Jawa Barat. Kepada Alinea.id, Humas TSI Asep Firmansyah mengatakan, persediaan pakan TSI mulai menipis, khususnya pakan bagi hewan pemakan daging seperti harimau dan singa.

"Kendalanya hanya pakan untuk daging. Terutama untuk karnivora. Per ekor (bisa menghabiskan) 6 kilogram rata-ratanya per hari," kata Asep melalui sambungan telepon, Rabu (13/5) sore.

Total ada 2.700 satwa penghuni TSI Bogor. Setiap bulannya, karnivora di TSI Bogor menghabiskan 15 ton daging. Biaya pakan biasanya ditutup dari penjualan tiket masuk. Namun, taman itu ditutup sejak 23 Maret demi mencegah penularan virus Covid-19.